Kalau kita boleh menghayal punya baitulmal yang
mengurus zakat, maka syaratnya harus mulai dari SDMnya terlebih dahulu.
semuapegawainya bukan pegawai negeri
biasa. Mereka haruslah lulusan dari Sekolah Tinggi Ilmu Managemen Zakat Negeri
(STIMZN) yang spesifik. Sehingga dari segi konsep dan ilmu tentang zakat sudah
teruji.
Sekolah Tinggi Manajemen Zakat Negara itu tidak
menerima mahasiswa kecuali siswa yang juara minimal 10 besar dari masing-masing
SMU/Aliyah dariseluruh Indonesia. Syarat masuknya bukan sekedar bisa baca
Al-Quran, tapi minimal hafal Quran 3 juz. Test masuk dengan wawancara
menggunakan bahasa Arab lisan.
Selama kuliah 8 semester itu, mereka 'dijejali'
dengan dasar ilmu syariah. Ilmu-ilmu itu disampaikan oleh para Doktor Syariah
dari Timur Tengah, sehingga materi memang mau tidak mau disampaikan dalam
bahasa Arab yang fasih. Tidak lupa juga, mereka juga harus dijejali dengan Ilmu
Manajemen yang bersifat implemantatif, agar nanti ketika bertugas di lapangan,
tidak gagap dan bingung.
Tiap semestrer wajib menghafal 1 juz Al-Quran,
sehingga ketika lulus mereka telah hafal 3 + 8 = 11 juz Al-Quran. Wajib juga
menghafal minimal 1.500 hadits hukum.
Setiap semester yang IP-nya turun di bawah 2,
75 harus dieliminasi alias DO. Apa boleh buat, kita butuh mahasiswa yang serius
belajar, bukan sekedar main-main.
Kehidupan mahasiswa di asrama atau rumah kost
juga ikut jadi penilaian. Siapa yang tidak ikut shalat wajib berjamaah tanpa
udzur syar'i, maka nilainya akan bermasalah. Apalagi kalau sampai ada yang
mencuri atau mengambil hak milik orang lain, walau pun cuma sendal jepit butut
di masjid, maka dia harus dipulangkan saat itu juga ke kampungnya. Kejujuran
menjadi 'nyawa' di kampus itu.
Demikian juga yang pacaran atau berduaan dengan
lawan jenis yang bukan mahram, maka harus siap-siap angkat koper.
Karena nantinya mereka akan berhubungan
langsung dengan umat, maka mereka dibekali dasar-dasar pelayanan profesional
serta beragam ilmu psikologi sosial, termasuk seni budaya. Kita tidak butuh
pegawai yang anarkis dan sok kuasa macam di IPDN. Kita butuh pegawai yang
selalu memberi pelayanan terbaik buat umat, full senyum, cerdas, melek syariah,
mengerti tata pergaulan yang baik, cekatan kerjanya dan tidak doyan duit.
Sebab mereka sudah ditempa untuk menjadi para
da'i yang telah menjual dirinya di jalan Allah, lewat pembangunan ekonomi umat.
Siapa pun yang nantinya punya rumah mewah, atau
simpananharta berlebih, atau kehidupan mubazir yang tidak jelas asal-usulnya,
bisa dengan mudah dipecat dan dipotong tangannya dengan disiarkan langsung lewat
reality show di TV Nasional. Perjanjian itu sudah mereka tanda-tangani sejak
mendaftar kuliah.
Nah, mari kita menghayal...
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum
warahamtullahi wabarakatuh,
Untuk lebih jelasnya mengenai artikel ini silahkan baca disini
Artikelnya bermanfaat buat saya, visit juga ya http://surat-yusuf.blogspot.com/
BalasHapus